Pucuk4d :> Platform Toto Slot Online & Daftar Toto Togel Terlengkap Hari Ini
PUCUK4D adalah platform toto slot online dan toto togel terlengkap yang menyediakan pelayanan 24 jam pertama di Indonesia serta memberikan bonus dan promosi yang sangat menarik untuk dimainkan setiap hari.
Sebagai orang tua, Baim Wong dan Paula Verhoeven memiliki banyak harapan dan impian untuk masa depan putra sulung mereka, Kiano Tiger Wong. Meskipun Kiano masih sangat muda, Baim dan Paula telah mulai memikirkan dan mempersiapkan berbagai aspek untuk mendukung perkembangan dan kesuksesan Kiano di masa depan. Berikut adalah beberapa harapan utama Baim dan Paula untuk masa depan Kiano:
1. Kesehatan dan Kebahagiaan: Di atas segalanya, Baim dan Paula berharap Kiano akan tumbuh menjadi individu yang sehat, baik secara fisik maupun mental, dan bahagia dalam hidupnya. Mereka ingin Kiano memiliki kehidupan yang seimbang dan memuaskan.
2. Karakter yang Kuat: Baim dan Paula berharap Kiano akan memiliki karakter yang kuat, dilandasi oleh nilai-nilai seperti kejujuran , integritas, empati, dan kerja keras. Mereka ingin Kiano menjadi individu yang berani menegakkan kebenaran dan memiliki kepedulian terhadap sesama.
3. Pendidikan yang Baik: Baim dan Paula berharap Kiano akan mendapatkan pendidikan terbaik yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Mereka ingin Kiano menjadi pembelajar seumur hidup yang selalu haus akan pengetahuan dan pengalaman baru.
4. Kemandirian: Meskipun lahir dalam keluarga yang berkecukupan, Baim dan Paula berharap Kiano akan tumbuh menjadi individu yang mandiri dan mampu mengatasi tantangan hidup dengan kekuatannya sendiri.
5. Karir yang Sukses: Baim dan Paula berharap Kiano akan menemukan passion-nya dan membangun karir yang sukses di bidang yang ia cintai. Mereka akan mendukung apapun pilihan karir Kiano, baik itu di dunia hiburan seperti orang tuanya atau di bidang lain yang ia minati.
6. Kehidupan Spiritual yang Kuat: Sebagai keluarga Muslim, Baim dan Paula berharap Kiano akan memiliki pondasi spiritual yang kuat dan menjalankan ajaran agamanya dengan baik.
7. Hubungan yang Sehat: Baim dan Paula berharap Kiano akan mampu membangun dan memelihara hubungan yang sehat dengan keluarga, teman, dan pasangan hidupnya kelak.
8. Kontribusi Sosial: Mereka berharap Kiano akan menjadi individu yang peduli terhadap masyarakat dan lingkungan, serta aktif berkontribusi untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik.
9. Keterampilan Hidup: Baim dan Paula berharap Kiano akan memiliki berbagai keterampilan hidup yang penting, seperti manajemen keuangan, komunikasi efektif, dan pemecahan masalah.
10. Kreativitas dan Inovasi: Mengingat bakat seni yang ditunjukkan Kiano sejak dini, Baim dan Paula berharap ia akan terus mengembangkan kreativitasnya dan menjadi individu yang inovatif.
11. Keseimbangan Hidup: Mereka berharap Kiano akan mampu menyeimbangkan berbagai aspek hidupnya, termasuk karir, keluarga, hobi, dan kehidupan sosial.
12. Ketahanan Mental: Baim dan Paula berharap Kiano akan memiliki ketahanan mental yang kuat, mampu menghadapi tekanan dan tantangan hidup dengan sikap positif.
13. Penghargaan terhadap Keberagaman: Mereka ingin Kiano tumbuh menjadi individu yang menghargai keberagaman dan mampu berinteraksi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang.
14. Kecerdasan Emosional: Baim dan Paula berharap Kiano akan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, mampu mengenali dan mengelola emosinya sendiri serta berempati dengan orang lain.
15. Kesuksesan Finansial: Meskipun bukan prioritas utama, Baim dan Paula berharap Kiano akan mencapai kesuksesan finansial yang memungkinkannya hidup nyaman dan mampu membantu orang lain.
16. Cinta pada Tanah Air: Mereka berharap Kiano akan tumbuh menjadi warga negara yang cinta tanah air dan bangga akan identitas Indonesianya.
17. Keseimbangan antara Tradisi dan Modernitas: Baim dan Paula berharap Kiano akan mampu menyeimbangkan nilai-nilai tradisional dengan perkembangan modern, menjadi individu yang berakar pada budaya namun tetap relevan di era global.
18. Kepemimpinan: Mereka berharap Kiano akan mengembangkan kualitas kepemimpinan yang baik, mampu menginspirasi dan membimbing orang lain.
19. Kebebasan Berekspresi: Baim dan Paula ingin Kiano memiliki kebebasan untuk mengekspresikan dirinya, baik melalui seni, tulisan, atau bentuk ekspresi lainnya.
20. Keberanian Mengambil Risiko: Mereka berharap Kiano akan memiliki keberanian untuk mengambil risiko yang diperhitungkan demi mencapai impiannya.
Baim dan Paula menyadari bahwa harapan-harapan ini hanyalah panduan, dan pada akhirnya Kiano akan menentukan sendiri jalan hidupnya. Mereka berkomitmen untuk selalu mendukung dan membimbing Kiano, sambil memberikan kebebasan bagi Kiano untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi uniknya.
Mereka juga menyadari bahwa sebagai orang tua, peran mereka adalah menyediakan lingkungan yang mendukung dan memberikan contoh yang baik bagi Kiano. Baim dan Paula berjanji untuk terus bekerja pada diri mereka sendiri, memperbaiki kekurangan, dan menjadi role model yang baik bagi Kiano.
Dalam berbagai wawancara, Baim dan Paula sering menekankan bahwa mereka tidak ingin memaksakan keinginan atau ambisi mereka pada Kiano. Mereka ingin Kiano tumbuh menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri, bukan menjadi apa yang orang lain inginkan.
Bahasa Jawa Tulis, makin sedikit digunakan, makin banyak orang yang salah tulis. Apalagi makin sedikit pula bahasa daerah ini diajarkan di sekolah sebagai muatan lokal bahasa daerah (di Jawa tentu). Tak ayal bahwa penulisan bahasa Jawa makin kacau. Penulisan yang benar jauh lebih jarang ditemui karena pemakai semakin ragu-ragu tak tahu arah, mana penulisan yang benar. Salah satu kesalahan paling umum adalah penulisan dengan A dengan O. Sebagai tambahan, dalam tatanan bahasa Jawa, sebenarnya huruf A aslinya harus diucapkan sebagaimana mengucapkan "o" dalam kata "kotor", huruf A ini disebut sebagai A jejeg, mungkin lebih mudah dimengerti sebagai A default. Contohnya: -Jawa dibaca 'Jowo' -Surabaya dibaca 'Suroboyo' -Lima dibaca 'limo' Sedang ucapan yang lain disebut A miring sebagaimana huruf A yang umum dipakai dalam bahasa Indonesia. Dalam pelajaran bahasa Jawa di masa lalu, saat penulis masih di Sekolah Dasar (dahulu Sekolah Rakyat), "A miring" atau "A bahasa Indonesai" ditulis dengan titik dibawahnya, bisa juga dengan garis bawah. Contohnya: -mangan, prawan, papan dll. Sebagai usaha memperkenalkan penulisan yang benar, maka dibuatlah suatu grup dalam suatu media sosial yang secara umum ingin melestarikan budaya Jawa dan salah satu diantaranya adalah menyebarluaskan penulisan bahasa Jawa yang benar, yang baku. Tentu semula saya berpikir, hal itu meskipun tidak terlalu mudah, tetapi tentu tidak sulit. Ternyata di dalam usaha memperkenalkan "kebenaran" ini (maaf) luar biasa sulitnya. Penolakan itu pada umumnya disebabkan karena berbagai hal, antara lain adalah: - Tidak pernah mendapat pelajaran bahasa Jawa tulis - Tidak pernah tahu tulisan huruf Jawa - yang sering disebut sebagai huruf hanacaraka ("a" diucapkan sebagaimana pengertian "A jejeg") - Sangat jarang atau bahkan tidak pernah membaca tulisan resmi berbahasa Jawa yang benar
Dalam kehidupan sehari-harinya penulisan yang salah itu malah yang selalu "tampak", misalnya pada spanduk, titel kaset, subtitel karaoke, dalam tulisan-tulisan saat berkomunikasi melalui sms atau sejenisnya. Maka sangatlah sulit merubah kebiasaan itu. Bahkan dalam tulisan-tulisan resmi di kota-kota di Jawa Tengah dan Timur, kesalahan itu, seperti sudah menjadi kebenaran, misalnya:
Saya yakin, nama aslinya Dipanegara, bukan Diponegoro
a. Nama tokoh Nasional: Dipanegara - sudah diubah menjadi Diponegoro
b. Nama kota: Mojokerto seharusnya ditulis Majakerta - kan disana ada kerajaan Majapahit - bukan Mojopahit)
c. Nama jalan: di Mojokerto ada jalan Soka (tumbuhan Soka) tetapi karena kesalah pahaman ini maka ditulis menjadi jalan Sooko, dan itupun dipakai sebagai nama "resmi" dari sekolah (SMA) yang terbaik di Mojokerto.
Tidak pernah mengaitkan antara kata dasar dengan kata berimbuhan. Banyak sekali contoh yang menunjukkan bahwa suatu kata berimbuhan HARUS ditulis dengan huruf A, bukan O. Namun karena tidak pernah merasa ada hubungan tersebut maka seolah-olah kata yang berimbuhan itu sebuah kata dasar baru. Salah satu contoh yang sangat gamblang (dan lucu) adalah pada makian (maaf - ini saya pakai karena adalah kata yang sangat populer). Yaitu makian matamu tentu kata dasarnya adalah mata bukan moto tetapi tetap saja, pada saat memaki menggunakan huruf A tetapi saat menulis kata dasarnya dia menulis "moto".
Padahal jika kata moto + mu seharusnya menjadi motomu dan dalam kaidah bahasa Jawa tidak ada kata "moto + mu" menjadi matamu, sama sekali tidak ada.
Juga misalnya pada kata
pasti berasal dari kata jawa + i. Mustahil jika kata njawani asalnya dari kata jowo.
Sebagai contoh terakhir adalah kata dawa (panjang) jika ditambah dengan ke+dawa+an menjadi kedawan (terlalu panjang), bisa dipastikan kata kedawan itu berasal dari kata dasar dawa bukan dowo.
- Referensi terakhir yang paling inkonvensional, adalah mendengarkan dan memperhatikan bagaiaman cara masyarakat Brebes, Tegal, Banyumas mengucapkan kata-kata yang salah tulis itu. Masyarakat di daerah itu hanya memiliki satu bunyi huruf A. Jadi mereka mengucapkan dawa ya dAwA bukan sebagaiman orang Jawa Jogja mengucapkan dawa.
Namun meskipun sedemikian banyak contoh dan argumen yang kita ajukan, toh mereka masih "ngotot" mempertahankan kesalahan itu. Salah satu penolakan yang agak aneh adalah "Ini dialek daerah saya!". Dan alasan penolakan yang lebih aneh: "Yang penting sama sama ngertinya" Ya, benar, memang sama sama mengertinya, karena yg diperbincangkan adalah kejadian sehari-hari - pada saat memperbincangkan sesuatu yang lebih serius misalnya tentang keilmuan, tentu mereka tak bisa lagi menulis dengan benar dan kalaupun ada, tulisan yang benar tak akan bisa mereka tangkap dengan tepat. Anehnya cukup banyak diantara mereka yang selalu mengajak mari kita lestarikan busaya Jawa -
Tak jelas apa yang akan dilestarikan, yang salah itu atau yang benar.
Pertanyaannya kemudian
Maka teringatlah saya dengan sebuah slogan salah tulis, tetapi sangat populer beberapa waktu yang lalu:
Wah.....jangan-jangan ......
Keliatan sepele ya gan? Namun masalah yang sepele ini telah merusak kebudayaan Jawa yang dibangun sejak 1600 tahun yang lalu. Bagi agan & sista dari suku lain, peliharalah budaya kalian baik2 sebelum rusak seperti budaya kami